Tuesday, February 19, 2013

Complain? Should I?


“Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.”1 Korintus 10 : 13
 Dahulu, ayat tersebut di atas hanya sebuah ayat hafalan dalam kelompok tumbuh bersama saat saya remaja. Sewaktu itu, rasanya ayat itu tak berarti bagi saya yang masih duduk di bangku sekolah menengah. Bagaimana tidak biasa, saat itu saya merasa hidup saya baik-baik saja, Tuhan memberikan banyak sekali berkat dan ‘kasih’Nya, lewat orang tua, lewat teman-teman, juga saudara. Sehingga kata ‘pencobaan’ saya anggap sebagai sesuatu yang tidak akan pernah saya temui dalam garis hidup saya.

Semuanya berubah, ketika papa mulai di vonis kanker dan hanya memiliki harapan hidup kurang dari setahun. Waktu itu, saya sadar bahwa ‘pencobaan’ itu pasti ada dan selalu ada di dalam kehidupan.
‘Pencobaan’ masih terus berlanjut ketika saat itu mama mengalami kecelakaan dan harus operasi sebanyak dua kali karena tulang bahu kanannya remuk. Kecelakaan di saat harapan hidup untuk papa rasanya mustahil.

Menanggungnya? Oh, berat dan saya juga harus berhadapan dengan kenyataan bahwa saya bekerja di tempat yang salah, yang tak semestinya hingga akhirnya Tuhan memanggil papa. Saya menata hidup saya kembali. Sulit? Pasti!

Protes saya kepada Tuhan berhenti ketika saya pindah tempat kerja (di sekolah) dan di situ saya menata hati yang hancur karena ditinggal papa. Karir saya amat baik, saya dipercaya memegang sebuah kelas yang ‘penting’, bekerja sama dengan partner yang banyak memberi pelajaran tentang bagaimana menjadi guru yang baik. Sangat baik ketika lagi-lagi Tuhan memberi ‘pencobaan’ yang lain.

Tanggal 27 Agustus 2012, saya mengalami kecelakaan. Kecelakaan ringan kalau dilihat dari kacamata orang biasa, tapi kecelakaan fatal bagi saya dan nasib karir saya. Saya harus menerima kenyataan bahwa otot ligament saya sobek dan tak akan kembali seperti semula, saya tak akan dapat berlari, lompat, dan kegiatan kegiatan lain yang membutuhkan kelincahan. “Tidak bisa dan tidak boleh”, itu kata dokter.

Protes? Saya mau protes apa lagi sama Tuhan? Protes bahwa hidup saya menyedihkan?
Pada awalnya ya, saya akui saya protes, bohong kalau saya bilang saya tak protes. Tapi kemudian saya sadar, mungkin ada ‘maksud Tuhan’ di balik ini semua, sesuatu yang belum saya mengerti mengapa dan apa.
Segera, saya pasti akan mengetahui ‘maksud Tuhan’ di balik proses yang berat ini.

picture from here
Bukankah sebuah batu bata yang kokoh terbuat dari tanah yang sebelumnya diinjak-injak dan dpanaskan terlebih dulu?
Juga berlian mahal, bukankah harus diasah supaya kilaunya terlihat?
Jadi haruskah saya protes?
Saya rasa tidak, pun anda dengan masalah anda.

4 comments:

Poey said...

Hikkkssss...Glo...keep be strong yak
Ini yang ngomong emang cuma anak kecil, dableg lagi,tapi aku masih percaya Tuhan itu baik.

Jadi apa pun yg terjadi dalam hidup kita, selain ayat di atas, inget juga Yeremia 29:11:
“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu mengenai kamu,
demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan,
untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.“

hikksss...tema kali ini religius sekali yak...
dan eciiieeee...yg blognya ganti muka :)

SoleildeLamer said...

i know that you knew you re strong than you think...
but i just want to tell you, I miss you :")

Anissa Florence Oktina said...

Kakak, Tuhan Yesus selalu bersama mu ya :")
Keep faith, aku yakin bakal ada jawaban yang pasti dari semua pertanyaan kakak hehe :"))
Terimakasih buat postingannya, bikin aku sadar kalau masalah ku bukan apa-apa untuk saat ini hehe :"))

Hans Febrian said...

I see the real glo in this post
:)