Thursday, May 30, 2013

Kisah Seekor Anjing Yang Tamak, Sebuah Perenungan

"Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya."  *Doa Bapa Kami - Matius 6 : 11*

Ini adalah kisah tentang seekor anjing yang tamak.

Pada suatu hari, ada seekor anjing yang sedang berjalan menyusuri sebuah kecil, sendiri, lapar. Dia menemukan sebuah toko roti dan mengintip ke dalamnya, berharap dirinya dapat mencuri sepotong roti untuk mengisi perut kosongnya.
Girang langkah si anjing tak bertuan itu ketika di dapatnya sepotong besar roti. Dia membawanya dengan mulutnya, lari keluar dari toko roti berharap tak ada yang melihatnya.
Saat hendak melintasi sungai, dia melihat bayangan anjing lain dan dengan refleks dia melongok ke permukaan sungai. Di sana, dia mendapati bahwa ada seekor anjing lain yang juga sedang membawa sepotong roti pada mulutnya. Sifat serakahnya muncul, dia berpikir, dengan sedikit geraman dan gonggongan, mungkin si anjing di dalam sungai itu akan memberikan rotinya. Alih - alih mendapat roti, roti yang ada di dalam mulutnya justru terjatuh masuk ke dalam sungai ketika ia membuka mulut hendak menggonggong.
...


Cerita sederhana yang pernah saya baca di sebuah buku bacaan anak-anak. Apa yang dapat kita petik dari cerita itu?

1. Jangan mencuri (Keluaran 20 : 15)
Jelas, Tuhan melarang kita untuk mencuri. Apapun hasil yang kita peroleh dari mencuri, sudah pasti tidak akan bertahan lama. Mencuri dalam konteks dunia saat ini dapat pula berarti "jangan korupsi", korupsi waktu, korupsi uang, dan sebagainya.

2. Bersyukur dan Jangan Tamak
Ini point paling penting yang ingin saya sampaikan pada tulisan saya kali ini. Terkadang orang begitu silau akan harta sehingga baginya, makan cukup dan kebutuhan terpenuhi tetap saja masih terasa kurang. Si anjing pada ilustrasi di atas tadi melambangkan orang-orang serakah yang tak pernah puas pada apa yang ia miliki.
Ada tertulis :
Dan prajurit - prajurit bertanya juga kepadanya: "Dan kami, apakah yang harus kami perbuat?" Jawab Yohanes kepada mereka: "Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu."
Jelas sudah bahwa Alkitab pun mengajak kita untuk mencukupkan diri dengan apa yang kita punya, banyak maupun sedikit.

Lalu bagaimana jika apa yang kita punya masih sedikit, tidak bolehkah kita meminta lebih?
Dulu, pertanyaan ini juga sempat mampir di pikiran saya dan saya yakin, andapun pernah terpikir seperti itu. Tapi sudah hampir dua tahun saya dapat hidup bahagia walau apa yang saya punya masih sedikit, tanpa harus meminta lebih, tanpa harus menjadi tamak, tanpa harus mencuri, yaitu BERSYUKUR.

Syukuri hal kecil dalam hidupmu, dapat bangun di pagi hari, dapat melihat orang-orang yang kita cintai, tubuh normal tanpa cacat cela, pekerjaan (ingat ada banyak pengangguran di luar sana yang tidak seberuntung anda dan saya), dan hal-hal kecil lain yang membuat anda dapat tersenyum dan berkata :
"Tuhan, maafkan aku yang tidak bersyukur ini"

Dengan ucapan syukur yang keluar dari mulut anda, percayalah segalanya akan terasa cukup, karena anda menikmatinya, bersyukur, dan berbahagia.

picture from here


Jadi, apalagi alasan kita untuk tamak dan tidak bersyukur jika Tuhan sudah begitu banyak memberi kepada kita?
Image and video hosting by TinyPic