Wednesday, February 27, 2013

Sepenuh Hati


Lalu kata Yesus kepada mereka : “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.”Matius 22 : 21b


Pernahkah anda merasa hampir putus asa di dalam pekerjaan?
Bahkan, rasanya bos, atasan, atau teman sekerja semakin menyebalkan?
Menyudutkan, menyalahkan, dan seringnya menuntut anda?
Menuntut untuk begini, begitu.
Belum selesai tuntutan yang satu, ada lagi tuntutan yang lain.
Kepala anda hampir pecah?
Dan sudah bersiap dengan surat pengunduran diri? CV untuk perusahaan lain?

Dalam dunia pekerjaan (para pekerja), sekolah (para murid dan guru), rumah tangga (suami, istri, anak), konflik bisa saja terjadi.
Tunggu, jangan tutup halaman ini.

Coba anda kembali membaca ayat di atas.
Sepintas, dan seringkali saya membaca dan menelaahnya hanya sebagai pengingat agar saya tetap melayani di gereja NYA.
Tapi kemudian, ketika saya sudah di ujung rasa muak saya, merasakan apa yang saya tanyakan kepada anda di awal post ini, saya hanya ingin berbagi sedikit yang bisa saya bagikan.

Berikanlah kepada “Kaisar” apa yang wajib kamu berikan kepada “Kaisar”.
Artikan kata “Kaisar” (yang selalu saya artikan sebagai pemerintah dan pajak) sebagai bos, atasan, klien atau teman sekerja anda.
Lalu pikirkan apa yang sudah mereka berikan untuk anda?
Masih layakkah anda menuntut saat seharusnya mereka yang menuntut kewajiban anda?

picture from here


Bekerjalah dan lakukan segala pekerjaan anda dengansepenuh hati, berikan yang terbaik yang anda dapat berikan, seperti saat anda mencintai seseorang,
tapi jangan gunakan hati anda ketika bos mulai membentak-bentak, pekerjaan semakin banyak dan menumpuk, dll.
Pikirkan, karena memang itu yang sewajibnya anda berikan untuk mereka yang mempekerjakan anda.

Ingat, di luar sana ada banyak sarjana dan orang-orang pintar yang tak seberuntung anda.
Image and video hosting by TinyPic

Tuesday, February 19, 2013

Complain? Should I?


“Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.”1 Korintus 10 : 13
 Dahulu, ayat tersebut di atas hanya sebuah ayat hafalan dalam kelompok tumbuh bersama saat saya remaja. Sewaktu itu, rasanya ayat itu tak berarti bagi saya yang masih duduk di bangku sekolah menengah. Bagaimana tidak biasa, saat itu saya merasa hidup saya baik-baik saja, Tuhan memberikan banyak sekali berkat dan ‘kasih’Nya, lewat orang tua, lewat teman-teman, juga saudara. Sehingga kata ‘pencobaan’ saya anggap sebagai sesuatu yang tidak akan pernah saya temui dalam garis hidup saya.

Semuanya berubah, ketika papa mulai di vonis kanker dan hanya memiliki harapan hidup kurang dari setahun. Waktu itu, saya sadar bahwa ‘pencobaan’ itu pasti ada dan selalu ada di dalam kehidupan.
‘Pencobaan’ masih terus berlanjut ketika saat itu mama mengalami kecelakaan dan harus operasi sebanyak dua kali karena tulang bahu kanannya remuk. Kecelakaan di saat harapan hidup untuk papa rasanya mustahil.

Menanggungnya? Oh, berat dan saya juga harus berhadapan dengan kenyataan bahwa saya bekerja di tempat yang salah, yang tak semestinya hingga akhirnya Tuhan memanggil papa. Saya menata hidup saya kembali. Sulit? Pasti!

Protes saya kepada Tuhan berhenti ketika saya pindah tempat kerja (di sekolah) dan di situ saya menata hati yang hancur karena ditinggal papa. Karir saya amat baik, saya dipercaya memegang sebuah kelas yang ‘penting’, bekerja sama dengan partner yang banyak memberi pelajaran tentang bagaimana menjadi guru yang baik. Sangat baik ketika lagi-lagi Tuhan memberi ‘pencobaan’ yang lain.

Tanggal 27 Agustus 2012, saya mengalami kecelakaan. Kecelakaan ringan kalau dilihat dari kacamata orang biasa, tapi kecelakaan fatal bagi saya dan nasib karir saya. Saya harus menerima kenyataan bahwa otot ligament saya sobek dan tak akan kembali seperti semula, saya tak akan dapat berlari, lompat, dan kegiatan kegiatan lain yang membutuhkan kelincahan. “Tidak bisa dan tidak boleh”, itu kata dokter.

Protes? Saya mau protes apa lagi sama Tuhan? Protes bahwa hidup saya menyedihkan?
Pada awalnya ya, saya akui saya protes, bohong kalau saya bilang saya tak protes. Tapi kemudian saya sadar, mungkin ada ‘maksud Tuhan’ di balik ini semua, sesuatu yang belum saya mengerti mengapa dan apa.
Segera, saya pasti akan mengetahui ‘maksud Tuhan’ di balik proses yang berat ini.

picture from here
Bukankah sebuah batu bata yang kokoh terbuat dari tanah yang sebelumnya diinjak-injak dan dpanaskan terlebih dulu?
Juga berlian mahal, bukankah harus diasah supaya kilaunya terlihat?
Jadi haruskah saya protes?
Saya rasa tidak, pun anda dengan masalah anda.

Wednesday, February 6, 2013

Knock...


"Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu."
Matius 7 : 7

picture from here


Musim panas di sebuah desa.
Ada dua orang petani,
Dua duanya sama memiliki sawah,
Dua duanya sama berdoa minta hujan kepada Tuhan,
agar sawahnya terairi dan tidak kering.
Yang satu, tidak melakukan apa-apa selain berdoa
Yang satu, berdoa, tapi juga membajak sawah, dan mengusahakannya.
Yang mana yang doanya akan di kabulkan Tuhan?
Yang berusaha, tentu saja

..di kembangkan dari cuplikan film “Facing The Giants”..

Ingat dan percaya bahwa tak ada doa yang tak di dengar.
Bisa saja jawabnya “Ya”, “Tidak”, “Nanti Dulu”.
Semuanya pun tergantung bagaimana kau mengusahakannya,
Berusaha untuk menjadi layak menerima jawab doa-doamu.